BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Fraktur adalah putusnya konstinuitas tulang, tulang
rawan epifisis atau rawan sandi. (sapardan,1995)
fraktur
dapat disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung, tekanan yang lama
atau lemahnya tulang. Fraktur lain dapat disebablan oleh jatuh dari ketinggian,
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan domestik dan cidera
olahraga (sapardan, 1995).
Menurut
WHO telah menetapkan Dekade (2000-2010) penyebab fraktur terbanyak yaitu karena
kecelakaan lalu lintas. WHO juga menetapkan penyebab kematian 1,25 juta orang
tiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja dewasa muda( www.
Bedah orthopedi fraktur.com,2009).
Kecelakaan
lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita khususnya di indonesia,
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang rambu-rambu lalu lintas, sehingga
ratusan orang meninggal dunia dan luka-luka tiap tahun karena kecelakaan lalu
lintas.
Kecelakaan
lalu lintas merupakan pembunuh nomor III ( tiga) di indonesia setelah hipertensi
dan diabetes melitus. Menurut data kepolisian Republik Indonesia 2003,
kecelakaan mencapai 13.399 kejadian dengan kematian mencapai 9.865. luka berat
6.142 dan luka ringan 8.694 dan rata-rata tiap hari terjadi 40 kecelakaan lalu
lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia. (www. Artikel trauma pada
kecelakaan lalu lintas. Dr.Brain. com, 2009)
Dengan
memperhatikan masalah tersebut diatas, maka kami kelompok merasa tertarik untuk
mengambil kasus “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal;
Fraktur.” Karena sebagian besar korbannya adalah Remaja Dewasa Muda, juga merupakan pembunuh Nomor III (tiga) di
indonesia, dan setiap hari terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
30 orang meninggal dunia setiap harinya.
B. TUJUAN
PENULISAN
1.
Tujuan
umum
Dapat
mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
Muskuloskeletal fraktur.
2.
Tujuan
khusus
a.
Dapat
melakukan pengkajian pada klien dengan ganguan Muskuloskeletal fraktur.
b.
Dapat
merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan ganguan muskuloskeletal
fraktur.
c.
Dapat
membuat perencanaan keperawatan pada klien dengan gangguan muskuloskeletal
fraktur.
d.
Dapat
melaksanakan implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan
muskuloskeletal fraktur.
e.
Dapat
mengevaluasi asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan muskuloskeletal fraktur.
BAB II
LANDASAN
TEORITIS
A. DEFENISI
Fraktur
adalah : Pemisahan atau patahnya tulang (Doengus, 2000)
Fraktur adalah : Putusnya kontuinitas tulang yang
disebabkan tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang ( Linda Jual c.)
fraktur adalah : terputusnya kontuinitas jaringan
tulang/tulang rawan, bisa lengkap maupun tidak lengkap (Husan, 2008).
B. KLASIFIKASI
Beberapa
klasifikasi fraktur yang dikemukakan oleh para ahli:
a. Menurut Depleks RI (1995), Berdasarkan luas
dan garus fraktur meliputi:
1. Fraktur komplit
Adalah
fraktur yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis
patahnya menyeberang dari sisiyang satu
ke sisi yang lain serta mengalami seluruh korteks.
2. Fraktur inkomplit
Adalah
fraktur dengan garis patahnya tak menyeberang sehingga tidak mengalami korteks
b.
Menurut black dan mattasarin (1993) yaitu fraktur yang berhubungan dengan dunia
luar, meliputi:
1.
Fraktur tertutup
Yaitu
fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol
melalui kulit.
2.
Fraktur terbuka
Yaitu
frakur yang merusak jaringan kulit karena ada hubungan dengan dunia luar/
lingkungan luar dan potensial menjadi infeksi.
c.
menurut Long (1996) membagi fraktur berdasarka garis patah tulang yaitu:
1.Green
strik yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan
tulang lembek.
2.
Gansverse yaitu patah melintang
3.
Longitudinal yaitu patah memanjang
4.
Obligue yaitu garis patah miring
5.
spinal yaitu patah melintang
No
|
Nilai Kekuatan Otot
|
Keterangan
|
1
|
0 (0%)
|
Paralisis, tdk ada kntrksi otot sm
skli
|
2
|
1 (10%)
|
Terlht atau teraba getaran
kontraksi otot ttp tdk ada gerak sm skl
|
3
|
2 (25%)
|
Dpt menggerakkn anggota gerak
tanpa gravitasi
|
4
|
3 (50%)
|
Dpt menggerakkn anggota gerak
untuk menahan berat (gravitasi)
|
5
|
4 (75%)
|
Dpt menggerakkn sendi dg aktif dan
melawan tahanan
|
6
|
5 (100%)
|
Kekuatan normal
|
Mengukur/menilai kekuatan otot
pasien dengan memakai skala klasik 0,1,2,3,4,5. antara lain;
a. Skala 0.
artinya otot tak mampu bergerak/lumpuh total,
misalnya jika tapak tangan dan jari mempunyai skala 0 berarti tapak tangan dan
jari tetap saja ditempat walau sudah diperintahkan untuk bergerak.
b. Skala 1.
Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak
didapatkan gerakan pada persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut.
c. Skala 2,
dapat mengerakkan otot atau bagian yang lemah sesuai
perintah misalnya tapak tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi jika
ditahan sedikit saja sudah tak mampu bergerak
d. Skala 3,
dapat menggerakkan otot dengan tahanan minimal misalnya
dapat menggerakkan tapak tangan dan jari
e. Skala4,
Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang
ringan.
f. Skala 5,
bebeas bergerak dan dapat melawan tahanan yang
setimpal (normal).
Skala diatas pada umumnya dipakai
untuk memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status
kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama
menjalani perawatan atau sebaliknya apakah terjadi perburukan pada seseorang
penderita.
Menjabat tangan pasien dapat juga
di gunakan untuk mengukur kekuatan ototnya, dengan cara mengajak berjabat
tangan dan menganjurkan pasien untuk mengerahkan tenaga memencet jari-jari
kita. Kalau lemah akan terasa tangan pasien tak mampu meremas kuat tangan kita.
Kesulitannya adalah kalau pasien cewek yang tak pernah menggunakan tenaga otot
jari tangan, remasannya terasa kurang kuat walaupun sudah dipaksakan untuk itu
dapat diperiksa lebih jauh dengan hati-hati.
C. ETIOLOGI
Adapun beberapa macam penyebab fraktur yaitu:
a.
Trauma
:
Langsung (kecelakaan lalulintas)
Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan
posisi berdiri/duduk sehingga terjadi
fraktur tulang belakang )
b.
Patologis : Metastase
dari tulang
c.
Degenerasi
d.
Spontan : Terjadi
remukan otot yang sangat kuat
D. ANATOMI FISIOLOGI
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada intra seluler. Tulang bersal
dari embrionik hyaline cartilago yang melalui proses “ osteogenesis” menjadi
tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “osteoblast” proses
mengerasnya tulang akibat penimbunana garam kalsium.
Kecepatan pembentuka tulang berubah
selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon, fraktor
makanan, dan terjadi akibat aktifitas sel-sel pembentuk tulang (osteoblas).
Ada
206 tulang dalam tubuh manusia. Tulang dapat diklasifiksasikan dalam
limakelompok berdasarkan bentuknya :
1. Tulang panjang (femur,humerus)
terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafis dan dua ujung yang
disebut epifis. Disebelah maksimal dari epifis terdapat metafisis. Diantara
epifis dan metafisis terdapat daerah tulanag rawan yang disebut lempeng
epifisis atau lempeng pertumbuhan.
2. Tulang pendek (carpals)
bentuknya tidak teratur dan inti dari concellous (spongi) dengan suatu lapisan
luar dari tulang yang padat.
3. Tulang pendek datar
(tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan luar adalah tulang concellous.
4. Tulang yang tidak beraturan
(vetebrata) sama seperti tulang pendek.
5. Tulyang berdekatan dengan sesamoid, merupakan tulang kecil yang
terletak disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh teridon
dan jaringan fasial mis: patella.
Fungsi tulang adalah sebagai
berikut:
1. mendukung jaringan tubuh dan
membentuk bentuk tubuh
2. melindungi organ tubuh (mis:
jantung, Otak dan, paru-paru)
3. memberikan pergerakan (otot
yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4. membentuk sel-sel darah merah
didalam sum-sum tulang belakang.
5. penyimpan garam mineral mis:
kalsium,fosfor.
E. JENIS-JENIS FRAKTUR
- Complete fraktur (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
- Closed frakture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.
- Open fracture (compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:
- Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
- Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
- Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
- Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.
- Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
- Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
- Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
- Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
- Depresi, fraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
- Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
- Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis tulang, tumor).
- Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
- Epifisial, fraktur melalui epifisis.
- Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
F. PATOFISIOLOGI
Fraktur terjadi bila tekanan yang
ditempatkan pada tulang lebih besar sehingga terjadi kepatahan tulang. Tekanan
dapat berupa mekanik (trauma) atau berhubungan dengan proses penyakit (patologis)
otot pembuluh darah, saraf, tendon, sendi dan organ tubuh dapat rusak bila
terjadi fraktur.
Trauma tidak
langsung
|
Trauma lansung
|
Tulang melemah
(patah, membengkok)
|
Terjadi luka
|
Perdarahan
|
Kerusakan
jaringan lunak
|
edema
|
Nyeri tekan
|
Kerusakan
jaringan
|
Jaringan
mengalami nekrosis
|
Nekrosis
merangasang terjadinya peradangan
|
Tertutup
|
ekimosis
|
Shock
hipovolemik
|
Mobilitas
abnormal
|

|
|
1. vasodilatasi
2.
pengeluaran plasma
3.
infiltrasi sel darah putih
G. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik untuk fraktur
yaitu:
1.
Nyeri
Nyeri
dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan karna adanya
spasme otot, tekanan eksternal ataupun kerusakan jaringan.
2. Edema
Edema muncul lebih cepat karena kerusakan
jaringan
3. Memar/Ekimosis
Sebagai akibat dari trauma yang terjadi
4.
Spasme otot
Merupakan kontraksi otot infolunter yang
terjadi di sekitar fraktur.
5. Penurunan sensori
Terjadi karena kerusakan syaraf,
terkenanya saraf karena edema.
6. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidak stabilan tulang
yang fraktur
7. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian
yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan.
8. Krepitas
Merupakan rasa gemertak yang terjadi jika
bagian-bagian tulang digerakkan
9. Shock hipovolemik
Shock terjadi sebagai kompensasi jika
terjadi perdarahan hebat.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada pasien fraktur lumbal menurut Mahadewa dan Maliawan, (2009,
hlm148) adalah :
a. Rontgen
untuk menentukan lokasi, luasnya fraktur.
b. CT Scan
CT scan baik untuk melihat fraktur yang kompleks, dan terutama yang mengenai elemen posterior dari medulla spinalis.
Fraktur dengan garis fraktur sesuai bidang
horizontal, seperti Chane fraktur, dan fraktur
kompresif kurang baik dilihat dengan CT
scan aksial. Rekonstruksi
tridimensi dapat digunakan untuk melihat pendesakan kanal oleh fragmen tulang, dan melihat fraktur elemen
posterior.
c. MRI
MRI memberikan visualisasi yang lebih baik terhadap kelainan medula spinalis dan struktur ligamen. Identifikasi
ligamen yang robek seringkali lebih mudah dibandingkan yang utuh. Kelemahan
pemakaian MRI adalah terhadap penderita yang menggunakan fiksasi
metal, dimana akan memberikan artifact yang mengganggu penilaian.
Kombinasi antara foto polos, CT Scan dan MRI, memungkinkan
kita bisa melihat kelainan pada tulang
dan struktur jaringan lunak (ligamen, diskus
dan medula spinalis). Informasi ini sangat penting untuk menetukan klasifikasi trauma, identifikasi keadaan
instabilitas yang berguna untuk memilih instrumentasi
yang tepat untuk stabilisasi tulang.
d. Elektromiografi
dan Pemeriksaan Hantaran Saraf
Kedua prosedur ini biasanya dikerjakan
bersama-sama 1-2 minggu setelah
terjadinya trauma. Elektromiografi dapat menunjukkan adanya denervasi pada ekstremitas bawah. Pemeriksaan pada
otot paraspinal dapat membedakan lesi pada
medula spinalis atau cauda equina, dengan
lesi pada pleksus lumbal atau sacral.
e.Pemeriksaan Laboratorium
untuk mengetahui apakah ada
peningkatan leukosit atau tidak.
I.
PENATALAKSANAAN
Menurut
handerson ada beberapa piñata laksanaan fraktur yaitu:
1. Manipupulasi atau close red
Tindakan
non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk tulang
2. Open
reduksi
Tindakan
perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan. Sering dilakukan dengan
internal fitasi dengan menggunakan kawat, pins, plate,nail. Kelemahan tindakan
ini adalah terjadinya kemungkinan infeksi.
3. Traksi
Alat
traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk
meluruskan tulang. Ada tiga macam yaitu
a.
skin traksi
Menarik
bagian tulang yang fraktur dengan memberikan gips untuk mempertahankan bentuk. Kulit hanya
bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebih dari ini
tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksi tulang
mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-anak- plate pertumbuhan
dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang.
Indikasi untuk traksi kulit
-Anak-anak
-Traksi temporer - hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi
-Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5 kg
-Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
-Anak-anak
-Traksi temporer - hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi
-Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5 kg
-Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
b. skeletak traksi
Digunakan untuk meluruskan
tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan
pins (kawat) kedalam tulang.
Indikasi skeletal Tulang
-Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
-Kerusakan kulit membutuhkan dressings
-Jangka panjang Desinfeksi kulit, penutup steril, anastesi local
-Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
-Kerusakan kulit membutuhkan dressings
-Jangka panjang Desinfeksi kulit, penutup steril, anastesi local
3. Pemasangan Gips
Gips
merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat
menyerap air dan bila itu terjadi akan terjadi reaksi eksoterm dan gips akan
menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan
melingkari sepanjang eksrtermitas dan dibentuk sesuai dengan bentuk
ekstermitas. Gips yang dipasang melingkari ekstermitas disebut gips sirkuler
sedangkan jika gips dipasang gips yang dipasang pada salah satu ekstermitas
disebut gips bidai.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A.
PENGKAJIAN
FISIK
1.
riwayat keperawatan dan pengkajian
fisik:
Gejala-gejala fraktur tergantung
pada lokasi, berat dan jumlah kerusakan pada struktur lain. Berdasarkan
klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
Aktivitas/istirahat:
Tanda:
-Keterbatasan/
kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin karena fraktur itu sendiri,
atau terhjadinya secara sekonder dari pembengkakan jaringan, nyeri)
Gejala:
-Keterbatasan/kehilangan
fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder
pembengkakan jaringan dan nyeri.
Sirkulasi:
Tanda:
-Peningkatan
tekanan darah mungkin terjadi akibat respon terhadap nyeri/ansietas, sebaliknya
dapat terjadi penurunan tekanan darah bila terjadi perdarahan.
-Takikardia
-Penurunan/tak
ada denyut nadi pada bagian distal area cedera, pengisian kapiler lambat, pucat
pada area fraktur.
- Hematoma
area fraktur.
Neurosensori:
Tanda:
-Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan,
rotasi, krepitasi, spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi.
-Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang
terkena (mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder
pembengkakan jaringan dan nyeri.
-Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas
atau trauma lain.
Gejala:
-Hilang
gerakan/sensasi
-Kesemutan
(parestesia)
Nyeri/Kenyamanan:
Gejala:
-Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin
terlokalisasi pada area fraktur,
berkurang pada imobilisasi.
-Spasme/kram
otot setelah imobilisasi.
Keamanan:
Tanda:
-Laserasi
kulit, perdarahan
-Pembengkakan
lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)
Penyuluhan/Pembelajaran:
-Imobilisasi
-Bantuan
aktivitas perawatan diri
-Prosedur
terapi medis dan keperawatan
2.
Pengkajian
Diagnostik:
Pemeriksaan diagnostik yang sering
dilakukan pada fraktur adalah:
X-ray
- menentukan lokasi/luasnya
fraktur
Scan
tulang
-memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
Arteriogram
-dilakukan untuk memastikan ada
tidaknya kerusakan vaskuler.
Hitung
Darah Lengkap
-hemokonsentrasi
mungkin meningkat, menurun pada perdarahan; peningkatan lekosit sebagai
respon terhadap peradangan.
Kretinin
-trauma otot meningkatkan beban
kretinin untuk klirens ginjal
B.
DIAGNOSA DAN ITERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri akut
b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah
baring, gips, bebat dan atau traksi
2. Tinggikan posisi ekstremitas yang
terkena.
3.
Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
4.
Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase,
perubahan posisi)
5. Ajarkan penggunaan teknik
manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas
dipersional)
6. Lakukan kompres dingin selama fase
akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
7. Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala,
petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-tanda vital)
|
Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.
Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi
edema/nyeri.
Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan
sirkulasi vaskuler.
Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area
tekanan lokal dan kelelahan otot.
Mengalihkan perhatian terhadap
nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.
Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.
Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan
rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer.
Menilai erkembangan masalah klien.
|
b.
Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Instruksikan/bantu latihan napas dalam dan latihan batuk
efektif.
2.
Lakukan
dan ajarkan perubahan posisi yang aman sesuai keadaan klien.
3.
Kolaborasi pemberian obat antikoagulan (warvarin, heparin)
dan kortikosteroid sesuai indikasi.
4.
Analisa pemeriksaan gas darah, Hb, kalsium, LED, lemak dan
trombosit
5.
Evaluasi
frekuensi pernapasan dan upaya bernapas, perhatikan adanya stridor,
penggunaan otot aksesori pernapasan, retraksi sela iga dan sianosis sentral.
|
Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi.
Reposisi meningkatkan drainase sekret dan menurunkan
kongesti paru.
Mencegah terjadinya pembekuan darah pada keadaan
tromboemboli. Kortikosteroid telah menunjukkan keberhasilan untuk
mencegah/mengatasi emboli lemak.
Penurunan PaO2 dan peningkatan PCO2 menunjukkan
gangguan pertukaran gas; anemia, hipokalsemia, peningkatan LED dan kadar
lipase, lemak darah dan penurunan trombosit sering berhubungan dengan emboli
lemak.
Adanya takipnea, dispnea dan perubahan mental
merupakan tanda dini insufisiensi pernapasan, mungkin menunjukkan terjadinya
emboli paru tahap awal.
|
c. Gangguan
mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik
(radio, koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
2.
Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas
yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.
3.
Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai
indikasi.
4.
Bantu dan
dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
5.
Ubah
posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
6.
Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
7.
Berikan diet TKTP.
8.
Kolaborasi
pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
9.
Evaluasi
kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
|
Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol
diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.
Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal,
mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
Mempertahankan posis fungsional ekstremitas.
Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai
kondisi keterbatasan klien.
Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan
(dekubitus, atelektasis, penumonia)
Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi
urinarius dan konstipasi.
Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh.
Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun
program aktivitas fisik secara individual.
Menilai perkembangan masalah
klien.
|
d. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering,
bersih, alat tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit).
2.
Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area
distal bebat/gips.
3.
Lindungi
kulit dan gips pada daerah perianal
4.
Observasi keadaan kulit, penekanan gips/bebat terhadap
kulit, insersi pen/traksi.
|
Menurunkan risiko kerusakan/abrasi
kulit yang lebih luas.
Meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan
kelemasan kulit dan otot terhadap tekanan yang relatif konstan pada
imobilisasi.
Mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan
akibat kontaminasi fekal.
Menilai perkembangan masalah
klien.
|
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
Kaji kesiapan klien mengikuti
program pembelajaran.
Diskusikan metode mobilitas dan
ambulasi sesuai program terapi fisik.
Ajarkan tanda/gejala klinis yang
memerluka evaluasi medik (nyeri berat, demam, perubahan sensasi kulit distal
cedera)
Persiapkan klien untuk mengikuti
terapi pembedahan bila diperlukan.
|
Efektivitas proses pemeblajaran
dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien untuk mengikuti program
pembelajaran.
Meningkatkan partisipasi dan
kemandirian klien dalam perencanaan dan pelaksanaan program terapi fisik.
Meningkatkan kewaspadaan klien
untuk mengenali tanda/gejala dini yang memerulukan intervensi lebih lanjut.
Upaya pembedahan mungkin
diperlukan untuk mengatasi maslaha sesuai kondisi klien.
|
f. Risiko
cedera b/d gangguan integritas tulang
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1. Pertahankan tirah baring dan
imobilisasi sesuai indikasi.
2.
2.
Bila terpasang gips/bebat, sokong fraktur dengan bantal
atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi yang netral.
3.
Evaluasi
pembebat terhadap resolusi edema.
4.
Bila terpasang traksi, pertahankan posisi traksi (Buck,
Dunlop, Pearson, Russel)
5.
Yakinkan semua klem, katrol dan tali berfungsi baik.
6.
Pertahankan integritas fiksasi eksternal.
7.
Kolaborasi pelaksanaan kontrol foto.
|
Meningkatkan stabilitas,
meminimalkan gangguan akibat perubahan posisi.
Mencegah gerakan yang tak perlu
akibat perubahan posisi.
Penilaian kembali pembebat perlu
dilakukan seiring dengan berkurangnya edema
Traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang
fraktur tulang dan mengatasi tegangan otot untuk mempercepat reunifikasi
fragmen tulang
Menghindari iterupsi penyambungan fraktur.
Keketatan kurang atau berlebihan dari traksi
eksternal (Hoffman) mengubah tegangan traksi dan mengakibatkan kesalahan
posisi.
Menilai proses penyembuhan tulang.
|
g.
Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera
vaskuler, edema, pembentukan trombus)
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan
menggerakkan jari/sendi distal cedera.
2.
Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk
yang terlalu ketat.
3.
Pertahankan
letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada kontraindikasi adanya
sindroma kompartemen.
4.
Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan.
5.
Pantau
kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan kulit
distal cedera, bandingkan dengan sisi yang normal.
|
Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan
sendi.
Mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk perlunya
penyesuaian keketatan bebat/spalk.
Meningkatkan drainase vena dan menurunkan edema
kecuali pada adanya keadaan hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan
perfusi.
Mungkin diberikan sebagai upaya profilaktik untuk
menurunkan trombus vena.
Mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya
intervensi sesuai keadaan klien.
|
h.
Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma
jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai
protokol
2.
Ajarkan klien untuk mempertahankan sterilitas insersi pen.
3.
Kolaborasi
pemberian antibiotika dan toksoid tetanus sesuai indikasi.
4.
Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah
lengkap, LED, Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang)
Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda
peradangan lokal pada luka.
|
Mencegah infeksi sekunderdan mempercepat penyembuhan
luka.
Meminimalkan kontaminasi.
Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat
digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid
tetanus untuk mencegah infeksi tetanus.
Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi,
anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur
untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi.
Mengevaluasi perkembangan masalah
klien.
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Nn. S.Z
DENGAN GANGGUAN
SYSTEM MUSCULOSKELETA FRAKTUR OS RADIUS
DEKSTRA
EKSTERMITAS SUPERIOR DI RUANGAN
PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM GUNUNGSITOLI
A.
Pengkajian
I. Indentitas Klien
Nama : Nn. S.Z
Tempat/tanggal
lahir : Desa Bawadesolo 14 Januari
1993
Jenis
Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Bawadesolo
Status
Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Kristen
Protestan
Suku : Nias
Pendidikan : Smu
Pekerjaan : Masih Pelajar
Tanggal
Masuk Rs :30-04-2013
Tanggal
Pengkajian :02 -05-2013
II.
Status Kesehatan Sekarang
a.
Keluhan
utama : Nyeri pada
pergelangan tangan kanan dan sulit
digerakkan
b.
Factor
pencetus : Klien mengalami
kecelakaan lalu lintas
jatuh dari sepeda motor
c.
Lamanya
keluhan : 1 hari
d.
Timbulnya
keluhan : Mendadak
e.
Factor
yang memperberat : Adanya pembengkakan dan
luka yang disertai nyeri pada bagian tangan kanan
f.
Upaya
yang dilakukan untuk mengatasinya
1.
Sendiri : Berobat ke rumah
sakit
2.
Oleh
orang lain : Dibawa ke RSUD
Gunungsitoli
g. Diagnosa medik : Fraktur radius dekstra
1. Penyakit yang pernah dialami
1. Kanak-kanak
Pada masa kanak-kanak klien pernah mengalami pusing,
demam dan belum pernah mengalami kecelakaan
a. Kecelakaan : tidak pernah
b. Pernah dirawat: penyakit
c. Klien pernah dirawat di puskesmas
terdekt berhubung karena pasien demam
d. Operasi : belum pernah
2. Riwayat alergi : pasien alergi pada makana seperti: telur
dan ikan tongkol
3.
Riwayat
imunisasi : Lengkap
4. Kebiasaan pasien : a. minum teh
b minum
jus
c. minum susu
5. Obat-obatan yang sering digunakan
- Paramex
- Antalgin
- Bodrex
6. Pola Nutrisi
a. Berat Badan : 47 Kg
b. Tinggi Badan : 150 Cm
c. Jenis Makanan
1. Nasi Putih
2. Daging
3. Sayur-Sayuran
4. Buah-Buahan
d. Makanan yang disukai
nasi putih dan nasi goring, pulut
e. Makanan pantangan
1.
Telur
2.
Ikan
tongkol
f.
Nafsu
makan
1. Kurang, dengan alasan karena adanya nyeri
2.setengah
porsi dihabiskan dari satu porsi makanan yang
disediakan
g. Perubahan
berat badan pada bulan terakhir: kurang 3 kg
7. Pola Eliminasi
BAB
|
BAK
|
|
Frekwensi
|
1
kali sehari
|
3
kali sehari
|
Warna
|
Kuning
|
Kuning
|
Konsistensi
|
Padat
|
cair
|
Bau
|
Khas
|
Khas
|
8.
Pola Tidur dan Istirahat
-
Lama Tidur : 7 jam
per hari
-
Kebiasaan pengantar tidur : Pasien
biasanya tenang dan berdoa
-
Kebiasaan saat tidur : terlelap
-
Kesulitan tidur : tidak
ada
9. Pola Aktivitas dan Latihan
Kegiatan
dalam pekerjaan : belum bias karena
masih dibantu seperti
mandi, mengenakan pakaian.
10. Pola Pekerjaan
a.
Jenis pkerjaan : Pelajar
SMU
b.
Jumlah jam kerja : 10 jam
c.
Jadwal kerja : Pagi-Siang
III.
Riwayat lingkungan
Lingkungan
pasien bersih dan bebas dari polusi
IV. Aspek Psikologis
1.
Pasien masih bisa melakukan pergerakan dan tidak menggunakan alat bantu
2.
Persepsi diri
- hal yang dipikirkan saat ini: supaya klien
cepat sembuh dan kembali dalam
keluarga
- harapan setelah menjalani perawatan: belajar
untuk berhati-hati membawa motor
3.
Suasana hati pasien: gelisah
4.
a. Hubungan komunikasi
-
pasien bisa bicara dengan jelas
-
mampu mengekspresikan
-
bicara relevan
-
mampu mengerti orang lain
b.
Tempat tinggal: dengan orang tua
c.
Kehidupan keluarga: - adat istiadat yang
dianut: Nias
-
pembuat keputusan dalam keluarga: bapak dan mama
-
pola komunikasi: bahasa Indonesia dan daerah
-
keluarga memadai
5. Kebiasaan Seksual: tidak ada
a.
Gangguan hubungan seksual: tidak ada
b.
Yang disukai diri sendiri: 1. Rambut
2.
Kulit
3.
Wajah
c.
Yang ingin diubah dalam kehidupan: klien ingin menuruti nasihat orang tua
d.
Yang dilakukan jika stress : - pemecahan
masalah
-
cari pertolongan
-
makan
-
terus tidur
6. Sistem Nilai Kepercayaan
-
Klien percaya kepada Tuhan
-
Kepercayaan klien penting untuk dia selama dirumah sakit: berdoa
-
Kegiatan atau kepercayaan yang dilakukan pasien diluar
·
Organisasi
pemuda
·
PA
·
Ke
Gereja
Tingkat
perkembangan
Usia
|
Karakteristik
|
16
tahun ( remaja )
|
·
Mencari jati diri
·
Suka berkumpuk dengan teman
·
Suka jalan-jalan
|
V. Pengkajian Fisik
·
TD :
140/100 mmHg
·
Pols :
80 x/i
·
RR :
26 x/i
·
Temperature : 38˚c
·
Bentuk
kepala :
bulat
·
Rambut : ikal
·
Mata :
ukuran pupil: 4mm
Isokor
·
Reaksi
terhadap cahaya : ada
·
Alokasi : ada
·
Bentuk :
simentris ( seimbang)
·
Konjungtiva : merah
·
Fungsi
penglihatan : jelas
·
Mulut
dan tenggorokan
a. gigi geligi: lengkap (32 buah)
b. kesulitan menelan: sulit
karenakongcilitis (amandel)
c. periksa gigi terakhir: belum
pernah
·
Pernapasan
a. bentuk : bronco vesicular
b. pola nafas : normal (18 x/i)
c. batuk : tidak ada
d. fremitus : tidak ada
e. suara paru : normal
f. pergerakan : tidak ada
g. nyeri tekan : tidak ada
h. sputum : tidak ada
i. nyeri :
tidak ada
·
Sirkulasi
a. capillary refelling time : 2 detik
b. nutrisi : jenis diet : nasi putih, ikan
c. rasa mual : tidak ada
d. muntah : tidak ada
·
Eliminasi
BAB : pola rutin: 1 kali dalam
sehari
BAK :
pola rutin: 3 kali dalam sehari
·
Nuskuloskeletal : pergerakan eksemitas: tangan kanan
sulit digerakkan
·
Kekuatan
otot :
·
Nyeri/
kekuatan : rasa sakit pada
pergelangan tangan kanan
·
Kulit : warna: sawo
matang
integritas: baik
turgor: baik
VI.Data
Laboratorium
WBC : 4,0 H 103/mm3 MLD :82 mm3 (80-97)
RBT : 3.90 L 103/mm3
(3.00-5.00) MCH :27,8 Pg (26,5-33,5)
HBG : 12,5 L 9/dl (11,0-16,0) McHc :33,9/dl (31,5-35,5)
HCT : L%
(35,0-50,0) RDW :10,5 % (10.0-15,0)
PLT : 246 H 103/mm3
(150-400) PDW :12,3 % (10,0-18,0)
PDT : 295 % (100-500) MPV :6,5
mm3(16,5-11,0)
Pemeriksaan
diagnostic lain
Ruang
Radiologi : fraktur pada pergelangan
tangan kanan
Pengobatan
Ketorolac
3 cc/8 jam IV Piracetam 1 g/8 jam
RL-
20 tetes/I ATS 1 g/8 jam
ANALISA
DATA
DATA
|
INTERPRETASI DATA
|
MASALAH
|
DATA
|
INTERPRETASI DATA
|
MASALAH
|
|||
1.)
DS:
Klien
mengatakan nyeri pada Os Radius
DO:
Skala
nyeri 6
-tampak
fraktur pada os radius dekstra
-tangan
kanan tampak sulit digerakkan.
-Skala atau nilai kekuatan otot:
1
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
terputusnya
kontinuitas jaringan
kerusakan
jaringan
lunak
nyeri
|
Gangguan
rasa aman: nyaman: nyeri
|
3.)
Resiko
DS:
Klien
mengatakan tidak ada nafsu makan
DO:
-
nafsu makan kurang ½ porsi dihabiskan
dari 1 porsi yg disedakan
-perubahan
berat badan periode bulan terakhir 1
kg
|
Fraktur
Masukan
makanan tidak adekuat
Nafsu
makan berkurang
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
|||
2.)
DS:
Klien
mengatakan sulit menggerakkan tangan kanan
DO:
-aktifitas
terganggu disebabkan tangan kanan digerakkan
-pada
aktiftas masih dibantu seperti mandi, menggunakan pakaian
-pergerakkan
ekstremitas tangan kanan sulit digerakkan
- Skala
atau nilai kekuatan otot: 1
-menurut
pemeriksaan radiologi tampak fraktur Os radius dekstra
|
![]() ![]() ![]()
Kerusakan
rangka neuromuskuller
Gangguan
mobilitas
|
Gagguan
mobilitas fisik
|
4.)
DS:
Klien
mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali dalam keluarga
DO:
Suasana
hati pasien gelisah
Pasien
kurang mengerti tentang penyakit yg dialaminya
Kurang
pengetahuan
|
![]() ![]()
Kerusakan
jaringan gangguan ansietas/kecemasan
|
Ansietas/
kecemasan
|
Diagnosa Keperawatan:
.Nyeri akut
b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas
.Gangguan
mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)
.Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi,
keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada
.gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d anoreksia d/d
berat badan menurun
ASUHAN
KEPERAWATAN
Nama : Nn. S.Z Diagnosa
Medis: Fraktur
Umur : 16 Tahun
Diagnosa
|
Tujuan/Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1.)
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d makanan tidak
adekuat d/d klien mengatakan nafsu makan kurang dengan alasan pasien lagi
saki, perubahan berat badan periode bulan terakhir 1 kg, Porsi makanan disediakan habis
½ porsi dari 1 porsi yg disediakan
|
-
Tujuan jangka panjang: tercapainya nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh
-
Tujuan jangka pendek: masukan makanan adekuat
Kriteria
hasil:
Peningkatan
nafsu makan
Porsi
makanan yang disediakan habis
Perbaikan
berat badan
|
Kaji
kebiasaan diet, masukan makanan saat ini
Berikan
perawatan oral, sering buang secret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai
dan tissue
Hindari
makanan yang panas dan dingin (hangat)
Kolaborasi
dengan pemberian cairan RL 20 tetes/i
|
Pasien
distress pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan
obat
Rasa
tak enak bau dan penampilan adalah penghalang dari nafsu makan dan dapat
membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas
Suhu
ekstrim dapat mencetuskan peningkatan spasme batuk
Berguna
untuk menentukan kalori, menyusun tujuan berat badan dan evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi
Memenuhi
kebutuhan cairan tubuh
|
Sabtu:
2 mei 2013
Pukul:
08.30 wib
Mengkaji
kebiasaan diet, masukan makanan saat ini
Pukul:
08.40 wib
Memberikan
perawatan oral
Pukul:
09.30 wib
Menimbang
berat badan
Pukul:
10.00 wib
Kolaborasi
pemberian cairan RL 20 tetes/i
|
Subjektif:
Klien mengatakan masih tidak ada nafsu makan
Objektif:
- Masukan makanan hanya setengah dari porsi yang disediakan
-Berat
badan masih 46 kg
Analisa: Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dilanjutkan
|
2.)
Gangguan rasa aman: nyeri b/d putusnya kontinuitas jaringan d/d klien
mengatakan nyeri pada Os radius dekstra, skala nyeri 6
-
tampak fraktur pada Os radius dekstra
-
tangan kanan tampak sulit digerakkan
|
-Tujuan
jangka panjang: tercapainya rasa aman dan nyaman
-Tujuan
jangka pendek: perbaikan kontiunitas jaringan
Kriteria
Hasil:
Nyeri
berkurang adanya perbaika gerak tangan kanan
Skala
nyeri berada dalam skala ringan (1-4)
|
Pertahankan
imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips
Tinggikan dan dukung ekstremitas dekstra
Hindari
penggunaan sprei/bantal plastic dibawah ekstremitas dekstra
Dorong
pasien untuk mendiskusikan masalah yang berhubungan dengan cideranya
3.Kolaborasi
pemberian analgesic yaitu ketorolak 1 g/ 8 jam IV
|
Menghilangkan
nyeri dan mencegah kesalahan posisi
Meningkatkan
aliran darah, menurunkan edema dan menurunkan nyeri
Dapat
meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas daerah gips
yang kering
Membantu
untuk mengurangi ansietas
|
Sabtu:
2 mei 2013
Pukul:
10.15 wib
Mempertahankan
imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips
Pukul:
10.45
Menghindari
penggunaa sprei atau bantal plastic dibawah ekstemitas dekstra
|
Subjektif:
Klien mengatakan masih nyeri pada Os radius dekstra
Objektif:
- Skala nyeri 5
Masih
tampak fraktur pada os radius dekstra
Tangan
kanan tampak mulai bisa digerakkan
Analisa:
Masalah belum teratasi
Planning:
Intervnsi dilanjutkan
|
3.)Gangguan/
imobilitas fisik b/d kerusakan rangka
nevro muskuler d/d klien mengatakan sulit menggerakkan tangan kanan,
aktivitas terganggu disebabkan tangan
kanan sulit digerakkan: ROM Pasif
-
pola aktivitas masih dibantu seperti mandi dan memakai pakaian
-
pergerakan ekstremitas tangan kanan sulit digerakkan
-
Skala
atau nilai kekuatan otot: 1
Menurut
pemeriksaan radiologi tampak fraktur pada os radius dekstra
|
4.
Tujuan jangka panjang: adanya
perbaikan mobilitas fsik
Tujuan
jangka pendek: memperbaiki rangka neurmuskuler
Kriteria
Hasil:
Klien
bisa menggerakkan tangan kanan
Klien
bisa melakukan aktivitas sendiri
Meningkatkan
kekuatan otot
|
Kaji
derajat imobilitas yang dihasilkan, cidera, pengobatan dan perhatikan
persepsi pasien terhadap imobilitas
Instruksikan
pasien untuk bantu dalam gerak rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas
yang sakit dan yang tidak sakit
Bantu/dorong
untuk menjaga kebersihan misalnya mandi dan menukar/memakai pakaian
Berikan
diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral
|
Pasien
mungki dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan actual
dan memerlukan informasi intervensi
Kontraksi
otot isometik tampak menekuk sendi/ mengerakkan tangan kanan
Meningkatkan
kekuatan otot dan sirkulasi
Karena
adanya cidera musculoskeletal, nutrisi yang diperlukan ontok penyembuhan
berkurang dengan cepat
|
Hari:
Sabtu, 2 mei 2013
Pukul:
11.00 wib
Mengkaji
imobilitas yang dhasilkan, cidera, pengobatan dan memperhatikan persepsi
pasien terhadap imobilitas
Pukul:
11.15 wib
Menginstruksikan
pasien untuk membantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang
sakit dan yang tidak sakit
Pukul:11.30
wib
Membantu/mendorong
perawatan diri atau kebersihan.
Contoh:
mandi dan menukar/memakai pakaian
Pukul:
11.45
Memberikan
diet tinggi vitamin, protein, karbohidrat, dan mineral
|
Subjektif:
Klien mengatakan masih sulit menggerakkan tangan kanan
Objektif:
Pola aktivitas masih terbatas/masih dibantu. Misalnya mandi, makan dan
menggunakan pakaian.
Skala atau
nilai kekuatan otot: 1
Analisa:
Masalah belum teratasi
Evaluasi:
Intervensi dilanjutkan
|
4.)
Ansietas b/d kurangnya informasi tentang penyakit yang dialami d/d klien
mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali kedalam keluarga
|
Tujuan:
Menurunkan
ansietas, memperbaiki keadaan fisik klien
Kriteria
Hasil:
Klien
dapat menerima keadaan yang sedang dialaminya
|
Indentifikasi
persepsi pasien tentang ancaman yang ada dari situasi
Dorong
pasien untuk mengakui/menyatakan rasa takut
Indentifikasi
kekuatan kuping sebelumnya dari pasien
|
Mendefenisikan
lingkup masalah individu dan mempengaruhi pilihan interulasi
Memberikan
kesempatan menerima masalah
Memfokuskan
kemampuan sendiri menunjukan garis kontrol
|
Hari:
Sabtu, 2 mei 2013
Pukul:
12.15 wib
Mengidentifikasi
persepsi pasien tentang ancaman yang ada dari situasi
Pukul:
12.30 wib
Mendorong
pasien/orang terdekat untuk mengakui dan menyatakan rasa takut
Pukul:
12.45 wib
Mengidentifikasi
kekuatan kuping sebelumnya dari pasien
|
Subjektif:
Klien menyatakan ingin cepat kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarga
Objekif:
- klien tampak gelisah dan sedih
Klien
tampak senang jika ditemani sahabat terdekat dan perawat yang disenanginya
Analisa: Masalah belum teratasi
Planning:
Intervensi dilanjutkan
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama : Nn. S.Z
Ruangan : Ruang Perawatan Bedah
TANGGAL
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
|||
Kamis, 2 Mei
2013
|
Resiko perubahan nutrisi kurang
kebutuhan tubuh.berhubungan dengan makanan tidak adekuat ditandai dengan
klien mengatakan tidak ada nafsu makan kurang dengan alas an pasien lagi
sakit,perubahan berat badan priode bulan terkhhir 3 kg, Porsi makanan
disediakan habis ½ porsi dari 1 porsi
yg disediakan.
|
Kamis : 2 Mei 2013
Pukul : 08.30 wib
Mengkaji
kebiasaan diet,masukan makanan saat ini.
Pukul
08.40 wib
Memberikan
perawatan oral seiring lalang
sekret,berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tissue.
Pukul
09.30 wib
Menimbang
berat badan.
Pukul
10.00 wib
Kolaborasi
pemberian cairan RL 20 tetes/ menit.
|
Subjektif
: klien mengatakan sudah bias
makan
Objektif : -
porsi makanan yang di sediakan tampak habis
Berat badan
masih 46 kg
Analisa :
Masalah belum teratasi
Plening :
lanjutkan intervensi
|
|||
Kamis,2 mei 2013
|
Gangguan rasa aman,nyaman,nyeri
b/d putusnya kontitunitas jaringan d/d klien menyatakan nyeri pada OS radius
dekstra,skla nyeri 6,
Tampak
fraktur pada OS radius dekstra,tangan.
Kanan
tampak sulit digerakan.
|
Kamis : 2 mei 2013
Pukul : 10.15 wib
Mempertahankan
imobilisasi bagian yang sakit dengan
tirah baring,gips
Pukul
10.45 wib menghindari penggunaan
sprei/bantal plastik dibawah ekstremitas dextra.
|
Subjektif : Klien mengatakan
sudah bias makan
Objektif : Porsi makanan disediakan habis
½ porsi dari 1 porsi yg disediakan
Analisa : Masalah belum
teratasi
Plening : Lanjutkan intervensi.
|
|||
Kamis,2 Mei 2013
|
Gangguan/mobilitas fisik
ditandai kerusakan rangka revro muskuler ditandai Klien mengatakan sulit
menggerakan tangan kanan,aktivitas terganggu disebabkan tangan kanan sulit
digerakan.
Pola
aktivitas masih dibantu mandi,menggunakan pakaian.
Pergerakan
ekstremitas tangan kanan sulit digerakan.
Skala/kekuatan
otot: 1
Menurut
pemeriksaan radiologi tampak fraktur pada OS radius dekstra.
|
Kamis : 2 mei 2013
Pukul : 11.00 wib
Mengakaji imobilitas yang di
hasilkan cidera pengobatan dan memperhatikan persepsi Klien terhadap
imobilitas.
Pukul : 11.15 wib
Menginstruksikan pasien untuk
membantu Rentang Gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit atau yang tidak
sakit.
Pukul : 11.30 wib
Membantu/mendorong perawatan
diri atau kebersihan.
Contoh: Mandi dan menukar
pakaian.
Pukul: 11.45 wib
Memberikan diet tinggi
protein,karbohidrat,vitamin dan mineral.
|
Subjektif : klien tampak menggerakan tangan
kanan
Objektif : Aktivitas masih terbatas dan
dibantu
Analisa : masalah belum teratasi
Plening : Perawatan dilanjutkan
|
|||
Kamis, 2 Mei 2013
|
Ansietas/kecemasan b/d factor
kurang pengetahuan klien tentang penyakit nya d/d klien mengatakan ingin
cepat sembuh dan kembali dalam keluarga.
|
Kamis. 2 Mei 2013
Pukul: 12.15 wib
Mengidentifikasi
presepsi pasien tentang ancaman yang ada dalam situasi.
Mendoropng
pasien atau orang terdekat unntuk mengakui dan menyatakan rasa takut
Mengidentifikasikan
kekuatan koping sebelumnya, diri pasien/control pengakuan.
|
Subjektrif: Klien mengatakan ingin kembali
kerumah dan berkumpul dengan keluarga.
Objektif: klien sudah tenang,tidak cemas dan
takut dan menerima segala proses perawatan.
Analisa: Masalah teratasi
Plening: intervensi keperawatan
dihentikan.
|
|||
Jumat. 3 Mei 2013
|
Resiko perubahan nutrisi kurang
kebutuhan tubuh b/d masukan makanan tidak adekuat d/d Klien mengatakan tidak
ada nafsu makan dengan alasan karena adanya nyeri, perubahan berat badan
priode bulan terakhir 3 kg,porsi makan yang disediakan tampaknya kurang
habis.
|
Jumat. 3 Mei 2013
Pukul: 08.30 Wib
Mengkaji
kebiasaan diet, masukan makanan saat ini.
Pukul: 08.40 Wib
Memberikan
perawatan oral seiring lalang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai
dan tissue
Pukul: 09.30 Wib
Menimbang
berat badan
Pukul:
10.00 Wib
Kolaborasi
pemberian RL 20 tetes/menit.
|
Subjektif: klien mengatakan
sudah bias mengatakan
Objektif: porsi makanan yang
disediakan tanpa habis
Analisa: masalah belum teratasi
Plening: Lanjutkan intervensi.
|
|||
Jumat. 3 Mei 2013
|
Gangguan rasa aman, nyaman,
nyeri b/d putusnya kontiunitas jaringan d/d klien mengatakan nyeri pada OS
radius,skla 6,
Tampak
fraktur pada OS radius dekstra,tangan.
Kanan
tampak sulit di gerakkan.
|
Jumat. 3 Mei 2013
Pukul : 10.15 wib
Mempertahankan
imobilisasi bagian yang sakit dengan
tirah baring,gips
Pukul 10.45 wib
menghindari penggunaan sprei/bantal plastik dibawah
ekstremitas dextra
|
Subjektif: Pasien menyatakan
masih nyeri pada OS radius dekstra
Objektif: Skala nyeri 4
Masih
tampak OS radius dekstra
Tangan
mulai baik digerakkan dari sebelumnya
Analisa: Masalah belum teratasi
Plening: Lanjutkan rencana
keperawatan.
|
|||
Jumat. 3 Mei 2013
|
Gangguan/mobilitas fisik
ditandai kerusakan rangka revro muskuler ditandai Klien mengatakan sulit
menggerakan tangan kanan,aktivitas terganggu disebabkan tangan kanan sulit
digerakan.
Pola
aktivitas masih dibantu mandi,menggunakan pakaian.
Pergerakan
ekstremitas tangan kanan sulit digerakan.
Skala
Kekuatan otot: 1
Menurut pemeriksaan radiologi
tampak fraktur pada OS radius dekstra.
|
Jumat. 3 Mei 2013
Pukul : 11.00 wib
Mengakaji imobilitas yang di
hasilkan cidera pengobatan dan memperhatikan persepsi Klien terhadap
imobilitas.
Pukul : 11.15 wib
Menginstruksikan pasien untuk
membantu Rentang Gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit atau yang
tidak sakit.
Pukul : 11.30 wib
Membantu/mendorong perawatan
diri atau kebersihan.
Contoh: Mandi dan menukar
pakaian.
Pukul: 11.45 wib
Memberikan diet tinggi
protein,karbohidrat,vitamin dan mineral.
|
Subjektif : klien tampak
menggerakan tangan kanan
Objektif : Aktivitas masih terbatas dan
dibantu
Analisa : masalah belum teratasi
Planing : Lanjutkan rencana keperawatan
|
|||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar